PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SISTEM BARCODE BERBASIS
ANDROID DALAM KEAMANAN PEMARKIRAN KAMPUS
Ditujukan
Dalam Penyusunan Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Progam Studi Sistem Informasi Manajemen
Nama
: Jatra Nandika Hutama
NIM
: 672011129
Progam
Studi Teknik Informatika Mobile
Fakultas
Teknologi Informasi
Universitas
Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014
PROPOSAL
PENELITIAN
PENGGUNAAN
SISTEM BARCODE BERBASIS ANDROID DALAM KEAMANAN PEMARKIRAN KAMPUS
Nama
: Jatra Nandika Hutama
NIM
: 672011129
Telah
dibaca dan diperiksa untuk disajikan mahasiswa yang bersangkutan dalam kolokium
dengan rekomendasi (masukan) berikut catatan atas rekomendasi Wali Studi
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Mengetahui, Salatiga,
16 Maret 2014
Wali
Studi
Augie David Manuputty, S.Kom., M.Cs. Ruddy
Latuperissa,SE
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Tuhan atas berkat rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis
dapat melaksanakan dan menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini dengan
judul “Penggunaan Sistem Barcode Berbasis Android dalam Keamanan Pemarkiran
Kampus”
Penulis
menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi
ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak,
oleh karena itu
pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Tuhan
Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan penulisan proposal ini.
2. Teman
– teman yang telah memberikan masukan dalam pembuatan proposal ini.
3. Dosen
dan para pembimbing yang sudah memberikan dukungan, semangat, dan masukan
terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal ini.
4. Semua
pihak yang tidak bisa disebutkan penulis satu persatu yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis menerima adanya masukkan saran atau kritik, yang sifatnya
membangun demi kebaikan penulisan proposal ini, dari semua pihak untuk
menyempurnakan proposal ini di masa akan datang.
Salatiga,
Febuari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
LEMBAR
PERSETUJUAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.
Latar belakang...............................................................
2.
Tujuan Penelitia.............................................................
3.
Manfaat Penelitian........................................................
4.
Rumusan Masalah.........................................................
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Barcode.......................................................................
2.1.1 Sejarah Barcode..............................................................
2.1.2 Jenis-jenis barcode...............................................................
2.1.3
Barcode dua dimensi...........................................................
2.1.4
Cara kerja barcode..................................................................
2.1.5
Membaca barcode...........................................................
2.2
Pengertian Android.....................................
BAB
III. METODELOGI
1.
Proses Pengambilan Data.............................................
2.
Lokasi Penelitian...........................................................
BAB
IV. JADWAL PENELITIAN
Jadwal
Penelitian............................................................
BAB
V. PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………….
3.2
Saran………………………………………………………
ABSTRAK
Andorid
merupakan salah satu teknologi yang berkembang pesat di akhir tahun ini. Banyak
sekali aplikasi yang mampu dilakukan teknologi ini dalam berbagai bidang untuk
kelancaran dalam berbagai aspek pada kegiatan yang dilakukan manusia. Teknologi
ini mampu mengemban berbagai aplikasi yang dilakukan oleh Windows. Dan tidak
diragukan lagi teknologi ini lebih mudah dan lebih sederhana. Salah satu
kegunaan yang mampu di lakukan Android yaitu membaca sistem barcode yang di
dalam barcode tersebut terdapat tulisan tertentu yang nantinya akan dimunculkan
dalam bahasa tertentu.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Tempat parkir
kampus merupakan tempat dimana kita menaruh kendaraan saat kita akan melakukan
sebuah kegiatan perkuliahan yang dimana kita tidak akan menaruh kendaraan kita
di depan kelas. Tapi proses pengecekan sistem identitas motor saat akan
meninggalkan tempat parkir belum cukup aman.
Dengan hanya
pengecekan STNK, itu belum cukup untuk melakukan pengecekan identitas
kendaraan. Ketika mahasiswa tidak membawa STNK dengan meninggalkan KTM pun itu
belum cukup untuk mengamankan kendaraan saat akan meninggalkan tempat parkir.
1.2 Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah untuk membantu proses keamanan dalam sistem pemarkiran kendaraan
bermotor, terutama kendaraan beroda dua. Kemudian mengurangi adanya kegiatan
curanmor yang sedang marak di jaman sekarang
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan
aplikasi android ini yaitu memudahkan pengecekan sistem identitas pada
kendaraan yang digunakan mahasiswa dalam kampus. Mengurangi kesalahan
pengecekan identitas kendaraan yang sebelumnya di lakukan manual sekarang
diganti dengan aplikasi yang dijalankan dalam android.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Barcode
Barcode adalah susunan
garis cetak vertikal hitam putih dengan lebar berbeda untuk menyimpan data-data
spesifik seperti kode produksi, nomor identitas, dll sehingga sistem komputer
dapat mengidentifikasi dengan mudah, informasi yang dikodekan dalam barcode.
Sekarang barcode
dapat dijumpai dimana-mana.Di supermarket, swalayan, atau di warung-warung yang
ada di sekitar kita, banyak sekali kita jumpai produk-[roduk yang terdapat
banyak garis hitam vertikal warna hitam yang saling berdekatan. Itulah yang
disebut barcode. Di dalam barcode tersebut terdapat informasi atau data yang
biasanya berupa data angka. Angka tersebut biasanya juga tercantum di bawah
barcode tersebut. [1]
Kenapa Menggunakan Barcode?
Jika memang sudah
ada kode angka, mengapa masih diperlukan barcode? Jawabnya adalah perangkat
seperti komputer lebih mudah membaca sesuatu yang bersifat digital daripada
angka yang bersifat analog. Kode barcode dengan warna contrast (hitam di atas
putih) sangat mudah dikenali oleh sensor optik CCD (Charge Couple Device) atau
laser yang ada pada alat pemindai (Scanner), untuk kemudian diterjemahkan oleh komputer
menjadi angka. [1]
2.1.1 Sejarah Barcode
Pada tahun 1932,
Wallace Flint membuat sistem pemeriksaan barang di perusahaan retail. Awalnya,
teknologi kode batang dikendalikan oleh perusahaan retail, lalu diikuti oleh
perusahaan industri. Lalu pada tahun 1948, pemilik toko makanan lokal meminta
Drexel Institute of Technology di Philadelphia, untuk membuat sistem pembacaan
informasi produk selama checkout secara otomatis.[1]
Kemudian Bernard
Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan Drexel patent application, bergabung
untuk mencari solusi. Woodland mengusulkan tinta yang sensitif terhadap sinar
ultraviolet. Prototipe ditolak karena tidak stabil dan mahal. Tangal 20 Oktober
1949 Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe yang lebih baik. Akhirnya
pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak paten dari hasil penelitian
mereka. 1966: Pertama kalinya kode batang dipakai secara komersial adalah pada
tahun 1970 ketika Logicon Inc. membuat Universal Grocery Products
Identification Standard (UGPIC).[1]
Perusahaan pertama
yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail adalah
Monach Marking. Pemakaian di dunia industri pertama kali oleh Plessey
Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati mulai
menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery industry
untuk memilih kode standar yang akan digunakan di industry.[1]
2.1.2 Jenis-jenis barcode
1.
Barcode satu dimensi (linear barcodes)
Dari
banyak jenis barcode yang berbeda-beda, hanya 6 yang umum digunakan antara
lain: EAN, UPC, Interleaved 2 of 5 (ITF), Code 39, Codabar, dan Code 128.
[2]
EAN
EAN
adalah singkatan dari European Article Number. Ada dua tipe utama barcode EAN:
EAN 13 yang menampilkan angka tiga belas digit dan EAN 8 yang mengkodekan
delapan digit. Dalam system ini digunakan kata digit dan bukan karakter. Tidak
ada karakter Alphabet yang diperkenankan dalam kode ini.
EAN-13
Kode
EAN-13 membagi kelompok dalam empat bagian, tiga angka untuk kelompok pertama,
4 angka untuk kelompok kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu
angka untuk kelompok keempat.
Tiga
digit pertama mewakili Negara dimana barcode dikeluarkan, masing-masing Negara
berbeda angka (nomor kodenya). Nomor 899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada
Negara lain di dunia yang akan memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini
biasanya dikenal sebagai FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan
di dua Negara terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh EAN
International. Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna
(manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan nomor
perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai barcode yang
dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada perusahaan Indonesia
lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”, maka hal ini tidak akan ada
angka duplikasi. Susunan lima digit berikutnya mewakili kode produk dan
dialokasikan oleh perusahaan untuk produk-produk unik. Perusahaan harus secara
mutlak memastikan bahwa mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua
kali. Jika produk diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya
(sekalipun sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW
FORMULA”), nomor lima digit barus harus dialokasikan.[2]
Dalam
rencana produk pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai
nomor barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah
CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang. Check
digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama. Sebuah perangkat
lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat menghasilkan (menghitung)
check digit ini. Check digit digunakan oleh barcode reader (alat baca barcode)
untuk memastikan agar dibaca secara akurat. Reader (alat baca) barcode akan
membaca keseluruh tiga belas digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun
dari keduabelas pertama angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas
dan jika hitungan ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode
telah dibaca dengan benar. [2]
EAN-8
Barcode
EAN 8 dibuat dengan cara serupa dengan EAN 13. Ketiga digit pertama merupakan
Flag, yang diikuti oleh empat digit Pengenal Singkat (Short Identifier)
berikutnya. Pengenal ini terdiri dari dua digit nomor perusahaan dan dua angka
lainnya untuk produk yang unik. Digit terakhir juga merupakan check digit.
[2]
UPC
(Universal Product Code)
UPC
diciptakan oleh Amerika Serikat yang mewakili Kode Produk Universal (Universal
Product Code) dan setara dengan European Article Number, EAN. Kode-kode UPC
mudah dilihat mata yang tak terlatih yang hamper tepat sama dengan kode-kode
EAN, tetapi hanya akan mengkodekan dua belas digit (UPC-A) dan delapan digit
(UPC-E). [2]
INTERLEAVED
2 OF 5
Tipe
barcode lainnya adalah yang dikenal dengan nama Interleaved 2 of 5 atau ITF,
seperti EAN, maka kode ini merupakan simbologi yang hanya terdiri dari
angka-angka tetapi panjangnya dapat berubah-ubah. Satu-satunya factor pembatas
untuk panjang kode ITF adalah kemampuan alat baca yang akan digunakan untuk
membaca kode tersebut dan juga bahwa ITF harus memiliki jumlah digit genap. ITF
digunakan untuk aplikasi industri dimana kode angka saja sudah mencukupi dan
juga digunakan dalam lingkungan penjualan eceran untuk menandai BUNGKUS LUAR.
ITF juga digunakan oleh pedagang eceran perhiasan, sepatu, garmen/pakaian dll,
karena karakter panjangnya yang dapat diubah-ubah. [2]
CODE 39
Code
39 yang juga dikenal sebagai code 3 of 9, merupakan kode pertama berupa Alpha
Numeric (huruf dan angka). Kode tersebut dapat membaca seluruh huruf besar
abjad dan karakter angka serta karakter tambahan seperti -$ / + % * dan spasi.
Huruf kecil tidak dapat dikodekan. Code 39 juga dimulai dan diakhiri dengan
tanda bintang (*) yang dikenal sebagai kartakter start/stop dan hanya boleh
digunakan pada awal dan akhir kode. [2]
CODABAR
Barcode
lain yang umumnya digunakan adalah simbologi CODABAR, seperti Code 39 tetapi
hanya angka-angka dan $ - / + saja yang dapat dikodekan. Karakter alpha tidak
dapat dikodekan. Codabar juga menggunakan karakter start/stop, yaitu A, B, C
dan D dan dapat digunakan sembarang kombinasi: satu untuk memulai kode dan satu
untuk mengakhirinya. Dewasa ini simbologi ini sudah jarang digunakan. [2]
CODE
128
Code
128 merupakan symbol barcode yang namanya mendefinisikan kemampuannya untuk
mengkodekan seluruh karakter ASCII 128. Simbol ini juga terkenal karena
kemampuannya mengkodekan karakter-karakter tersebut dengan menggunakan unsure
kode per-karakter yang lebih sedikit sehingga menghasilkan kode yang lebih
padat. Kode ini memiliki ciri khusus berupa karakter start dan stop yang unik
untuk pengkodean dua arah dan panjangnya dapat diubah-ubah, baik paritas
karakter bar maupun spasinya dan sebuah cek character untuk integritas symbol.
[2]
2.1.3 Barcode dua
dimensi
Adalah
barcode yang dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu, tetapi baru sekarang
ini mulai semakin populer. Barcode dua dimensi ini memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan linear bar codes (barcode satu dimensi) yaitu, dengan menggunakan
barcode dua dimensi, informasi atau data yang besar dapat disimpan di dalam
suatu ruang (space) yang lebih kecil. Contoh barcode dua dimensi adalah
“symbology PDF417” yang dapat menyimpan lebih dari 2000 karakter di dalam
sebuah ruang (space) yang berukuran 4 inch persegi (in2). [2]
2.1.4 Cara kerja
barcode
Barcode
merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital. Pada konsep
digital, hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0
atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada (dengan besaran tegangan tertentu,
misalnya 5 volt dan 0 volt). Barcode menerapkannya pada batang-batang baris
yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna hitam mewakili bilangan 0 dan
warna putih mewakili bilangan 1. Mengapa demikian? Karena warna hitam akan
menyerap cahaya yang dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna
putih akan memantulkan balik cahaya tersebut. Selanjutnya, masing-masing batang
pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda. Ketebalan inilah yang akan
diterjemahkan pada suatu nilai. Demikian, karena ketebalan batang barcode
menentukan waktu lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat
pembaca. Dan sebab itu, batang-batang barcode harus dibuat demikian sehingga
memiliki kontras yang tinggi terhadap bagian celah antara (yang menentukan
cahaya). Sisi-sisi batang barcode harus tegas dan lurus, serta tidak ada lubang
atau noda titik ditengah permukaannya. Sementara itu, ukuran titik sinar
pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara batang barcode. Saat ini, ukuran
titik sinar yang umum digunakan adalah 4 kali titik yang dihasilkan printer
pada resolusi 300dpi. Saat ini terdapat beberapa jenis instrumen pembaca
barcode, yaitu: pena, laser, serta kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar
cahaya dan dioda foto yang diletakkan bersebelahan pada ujung pena. Pena
disentuhkan dan digerakkan melintasi deretan batang barcode. Dioda foto akan
menerima intensitas cahaya yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem yang mirip dengan morse. Pembaca
dengan pemancar sinar laser tidak perlu digesekkan pada permukaan barcode, tapi
dapat dilakukan dari jarak yang relatif lebih jauh. Selain itu, pembaca jenis
ini memiliki cermin-cermin pemantul sehingga sudut pembacaan lebih fleksible.
Pembaca barcode dengan sistem kamera menggunaka sensor CCD (charge coupled
device) untuk merekam foto barcode, baru kemudian membaca dan menterjemahkannya
kedalam sinyal elektronik digital. Bagaimana koneksi alat pembaca barcode
dengan komputer? Ada 2 macam koneksi, yaitu sistem keyboard wedge dan sistem
outpu RS232. Sistem ini menterjemahkan hasil pembacaan barcode sebagai masukan
(input) dari keyboard. Biasanya menggunakan port serial pada komputer. Kita
memerlukan software pengantara, umumnya disebut software wedge yang akan
mengalamatkan bacaan dari barcode ke software pengolah data barcode tersebut.
[2]
2.1.5 Membaca
barcode
Barcode
UPC yang terdiri dari 13 angka yang tersusun dari tiga angka pertama merupakan
kode negara, empat angka berikutnya merupakan kode manufaktur produk tersebut
diproduksi, lima angka berikutnya merupakan kode produk yang akan dipublish, 1
angka terakhir merupakan check digit. Check digit ini merupakan suatu “
old-programmer’s trick” untuk mengvalidasikan digit-digit lainnya (number
system character, manufacturer code, product code) yang dibaca secara teliti.[2]
2.2 Pengertian Android
Android merupakan
sebuah sistem operasi yang berbasis Linux untuk telepon seluler seperti telepon
pintar dan komputer
tablet. Android menyediakan platform
terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk
digunakan oleh bermacam peranti bergerak. [3]
Awalnya, Google
Inc. membeli Android Inc., pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk
ponsel. Kemudian untuk mengembangkan
Android,
dibentuklah Open Handset Alliance, konsorsium dari 34 perusahaan peranti keras,
peranti lunak, dan telekomunikasi, termasuk Google,
HTC,
Intel, Motorola, Qualcomm, T-Mobile, dan Nvidia. Pada saat perilisan perdana
Android, 5 November 2007, Android bersama Open Handset Alliance menyatakan
mendukung pengembangan standar terbuka pada perangkat seluler. Di lain pihak,
Google merilis kode–kodeAndroid
di
bawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan standar terbuka
perangkat seluler.
Di dunia ini
terdapat dua jenis distributor sistem operasi Android. Pertama yang mendapat
dukungan penuh dari Google atau Google
Mail Services (GMS) dan kedua adalah yang
benar–benar bebas distribusinya tanpa dukungan langsung Google atau dikenal
sebagai Open Handset Distribution (OHD). [3]
2.2.1 Versi Android
·
Versi Beta : Dirilis 5 November 2007
·
Android 1.0 (API level 1) : Dirilis 23
September 2008
·
Android 1.1 (API level 2) : Dirilis 9
Februari 2009
·
Android 1.5 Cupcake (API level 3) :
Dirilis 30 April 2009
·
Android 1.6 Donut (API level 4) : Dirilis
15 September 2009
·
Android 2.0 Eclair (API level 5) : Dirilis
26 Oktober 2009
·
Android 2.0.1 Eclair (API level 6) Dirilis
3 Desember 2009.
·
Android 2.1 Eclair (API level 7) Dirilis
12 Januari 2010
·
Android 2.2–2.2.3 Froyo (API level 8)
Dirilis 20 Mei 2010, 18 Januari 2011, 22 Januari 2011, dan 21 November 2011
·
Android 2.3–2.3.2 Gingerbread (API level
9) Dirilis 6 Desember 2010, Desember 2010, dan Januari 2011
·
Android 2.3.3–2.3.7 Gingerbread (API level
10) Dirilis 9 Februari 2011, 28 April 2011, 25 Juli 2011, 2 September
2011, dan 21 September 2011
·
Android 3.0 Honeycomb (API level 11)
Dirilis 22 Februari 2011
·
Android 3.1 Honeycomb (API level 12)
Dirilis 10 Mei 2011
·
Android 3.2-3.2.6 Honeycomb (API level 13)
Dirilis 15 Juli 2011, 20 September 2011, 30 Agustus 2011, December 2011,
Januari 2012, Februari 2012
·
Android 4.0–4.0.2 Ice Cream Sandwich (API
level 14) Dirilis 19 Oktober 2011, 21 Oktober 2011, 28 November 2011
·
Android 4.0.3–4.0.4 Ice Cream Sandwich
(API level 15) Dirilis 16 Desember 2011, 29 Maret 2012
·
Android 4.1-4.1.2 Jelly Bean (API level
16) Dirilis 9 Juli 2012, 23 Juli 2012, 9 Oktober 2012
·
Android 4.2-4.2.2 Jelly Bean (API level
17) Dirilis 13 November 2012, 27 November 2012, 11 Februari 2013
·
Android 4.3 Jelly Bean (API level 18)
Dirilis 24 Juli 2013
·
Android 4.4 KitKat (API level 19) Dirilis
31 Oktober 2013 [4]
BAB III
METODELOGI
1.
Proses Pengambilan Data
Tahap-Tahap
Pembuatan Program Penelitian yang dilakukan
untuk merancang sistem diperoleh
dari pengamatan data-data yang
ada. Tahap-tahap yang
dilakukan untuk penelitian guna
perancangan (pendesainan sistem) tersebut secara terstruktur adalah:
1. Observasi
Melakukan
pengamatan terhadap data
yang diteliti, menguji dengan
melakukan kesalahan dalam sistem pemarkiran.
2. Analisa
data
Membuat analisa terhadap data yang sudah diperoleh dari hasil observasi yaitu menggabungkan dengan laporan survey
dan kebijakan pemakai menjadi spesifikasi
yang terstruktur dengan
menggunakan pemodelan.
3. Perancangan
sistem
Memahami rancangan sistem informasi sesuai data
yang ada dan mengimplementasikan model
yang diinginkan oleh
pemakai.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Perangkat keras terdiri dari seperangkat komputer Perangkat lunak
berupa sistem operasi Windows,
Eclips untuk oprasi Android.
Tampilan Hasil
2.
Lokasi Penelitian
Dalam
proses penelitian ini, penulis melakukan penelitian dan pengambilan gambar di
beberapa tempat :
· Tempat
parkir kampus
JADWAL
PENELITIAN
1.
Jadwal
Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan
pada minggu kedua bulan Februari
2014.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan
analisa, merancang dan
mengimplementasikan sistem pemarkiran menggunakan barcode berbasis
android, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Progam ini dapat memperketat
keamanan dalam sistem pemarkiran dan dapat mengurangi kelalaian yang dapat
dilakukan manusia dalam memeriksa identitas kendaraan yang dilakukan secara
manual.
3.2
Saran
Saran untuk pengembangan
sistem ini adalah :